Kisah inspiratif

BAHAGIA MILIK KITA






Sekeras apapun engkau berfikir
Sekuat apapun engkau ingin meraih,
Tetap satu jalan untuk kembali
Lakukan saja jangan terpaksa
Seringlah memerdekakan pikiran,
Jangan sampai akal menjadi tuhan
Bertemanlah dengan cobaan
Tertawalah bersama penderitaan
Mereka juga adalah kenikmatan
Karena milikmu bukan milikmu
Jangan memaksa
Tugasmu hanya mencari jalan pulang yang penuh ketenangan
Carilah jalan itu dengan bahagia
Bahagia
Bahagia

Selamat berbahagia,



KISAH 2
Sentuhlah Mereka Dengan Lembut"

Sentuhlah Mereka Dengan Lembut"
"Pagi yang cerah,  secerah mentari pagi yang tersenyum  riang menyapa dunia dengan sinarnya.  Udara dingin terasa segar dan lembut  menyusup masuk melalui rongga   pernapasan. "Alhamdulillah, hari ini masih diberikan nikmat hidup, semoga menjadi hari yang berkah" aku bergumam dalam hati. Seperti biasa,  rutinitas  pagi hari ini dimulai dengan mengantarkan anak anak ke sekolah,  dilanjutkan dengan tugas pengabdian sebagai guru di sebuah  di SMA Negeri  1 Nunukan, daerah perbatasan,
ujung Utara pulau Kalimantan
Setiap pagi perjalanan mengajar ke sekolah diantar jemput  oleh suami. Sepanjang perjalanan lambaian pepohonan hijau serasa bersenandung ria mengiringi tarian segarnya udara yang berhembus, sesuatu yang selalu kurindukan setiap pagi.  Rasa syukur selalu terucap dalam hati, bersyukur karena setiap pagi, perjalanan ke sekolah tidak harus kulewati dengan macetnya kendaraan, seperti di kota-kota besar. Dalam hati aku bergumam, ada baiknya juga tinggal di daerah yang jauh dari keramaian, tidak perlu berkejar-kejaran dengan waktu, sehingga memancing emosi menyeruak melalui amarah dengan maupun tanpa kata. Seperti itulah kondisi suatu daerah, ada kelebihan serta ada juga kekurangan.
Akhirnya tiba juga aku disekolah, tangan suamiku kukecup erat mengiringi keikhlasannya merelakan aku bekerja, dan harus meninggalkan anak yang masih kecil dirumah.  Aku masih berdiri didepan gerbang sekolah menatap punggung suamiku yang semakin jauh menghilang bersama deru motornya. Sejenak memoriku berputar kembali mengingat percakapan antara aku dan suamiku malam itu.  Saat itu aku memutuskan ingin berhenti bekerja, karena penghasilan suami sudah cukup menghidupi aku dan anak-anakku, suamiku hanya berkata " kau tidak akan sanggup melepas pekerjaanmu sebagai guru umi, aku mengenal dirimu sudah cukup lama, jalani saja, abi ikhlas".  Seperti air , bulir bulir air mataku mengalir deras, mendengar pengakuannya. Itulah suamiku, sangat bersyukur aku memilikinya, dan akhirnya aku tetap bekerja sampai saat ini hingga sudah hampir sebelas tahun lamanya.
Gerbang sekolah yang berwarna orange, bersinar terang menyambut jiwa-jiwa muda, generasi penerus bangsa " selamat pagi bu, assalamualaikum bu, sapa mereka saat berpapasan jalan ketika akan menuju kelas. Sungguh anak anak yang bersemangat, kelak pada pundak merekalah bangsa ini akan dititipkan.
Pekerjaanku semakin terasa ringan setelah suami mengikhlaskanku untuk bekerja. Iringan lagu- lagu nasional yang diputar,  menambah semangat untuk mengajar. Diruang guru, mulai riuh dengan celoteh teman-teman sejawat, berkisah tentang pagi sebagai  ibu rumah tangga, maklum saja karena mayoritas guru di SMA ini adalah perempuan, yang berperan sebagai guru di sekolah  juga sebagai ibu di rumah.  Keriuhanpun berakhir setelah bel tanda masuk berbunyi, jam sudah menunjukkan pukul 07 pagi, guru - guru segera menuju kelasnya  masing-masing, begitupun aku, melangkah dengan semangat menuju kelas tempat aku akan mengajar.
Langkah kakiku tepat berhenti di kelas XII IPS 2. Salam dan sapa memulai pagi yang indah, 2 jam bersama mereka akan segera dimulai, aku akan mengajak anak-anak menyelami dunia matematika, dunia yang mengerikan bagi sebagian besar anak, "sulit kata mereka!.  Itulah sebabnya untuk mengajak mereka masuk dan menyelami dunia itu sangat dibutuhkan kesabaran. XII IPS 2, adalah kelas yang sangat istimewa menurutku, kelas khusus kata teman teman. Maklum saja, di kelas tersebut berkumpul hampir sebagian besar anak anak istimewa, anak-anak yang memerlukan perhatian khusus, mereka terkenal dengan Yusran CS, Yusran dan teman-temannya. Setiap hari ada saja laporan tentang mereka, mulai dari terlambat masuk kelas, tidur dikelas, ribut, dan berbagai macam perilaku yang membuat sebagian besar guru hampir kehilangan kesabaran menghadapinya.
2 jam pertamaku di kelas XII IPS 2, dimulai dengan menyanyikan lagu indonesia raya. Menyanyikan lagu indonesia   raya merupakan rutinitas sehari-hari yang kami lakukan di SMA Negeri 1 Nunukan, setelah itu dilakukan literasi selama 8 sampai 10 menit. Sebelum memulai literasi aku membimbing anak-anak untuk berdoa, biasanya aku meminta  Mirdan, Akil, atau Yusran secara bergantian memimpin doa, hari ini aku meminta Mirdan yang memimpin doa iapun menyambut dengan antusias  dan segera melakukannya.
Materi pagi ini adalah tentang integral, yaitu memahami konsep integral sebagai kebalikan dari turunan. Biasanya pembelajaran aku lakukan secara berkelompok, berbentuk permainan sederhana.  Tetapi untuk pemahaman konsep, aku lakukan secara tatap muka, beinteraksi secara dua arah.  Spidol pun mulai menari riang di atas lantai papan tulis putih, menuliskan  kata " Turunan" dan " Integral".
Interaksi pun dimulai," Anak-anak hari ini kita akan mempelajari tentang integral. Sebelum kita mempelajarinya, ibu akan mengingatkan kembali tentang turunan. Ayoo..apa kalian masih ingat dengan turunan?, Ada dua, tiga anak menjawab ingat, tapi hampir sebagian besar menjawab lupa. Hmm...ujian pertama dimulai, aku membantin dalam hati, bagaimana aku bisa mengajak anak anak masuk ke dunia integral, jika konsep turunan saja mereka sudah melupakannya. Sabar...akhirnya aku tersenyum, dan Mengajak mereka mengingat  kembali tentang konsep turunan, mulai dari pengertiaannya, lambangnya, hingga proses mendapatkan hasil dari turunannya. Alhamdulillah, meskipun lama, akhirnya mereka mengerti juga.  Aku menuliskan beberapa contoh turunan di papan tulis, dan meminta beberapa anak istimewa Yusran CS, maju mengerjakannya, ternyata mereka bisa.  Riuh tepuk tangan teman sekelasnya, serta tawa gembira menyambut  Yusran CS, yang berhasil mengerjakan soal.
" Ibu kami bisa kan ibu, ujar mereka. Aku hanya tersenyum memandang mereka.
Agar mereka benar benar mengerti, aku memberikan mereka beberapa soal lagi untuk dikerjakan. Selama mengerjakan soal aku berkeliling memantau serta membantu mereka yang kesulitan. Dalam hati aku bergumam, inilah anak-anakku, mereka seperti bunga, yang menjadi indah karena adanya perbedaan warna pada setiap mahkotanya. Mereka juga seperti bangunan yang indah dan kokoh  berdiri megah karena tersusun dari bahan yang berbeda seperti batu, kayu, semen, dan pasir. Mereka semua berbeda, mereka menjadi indah, kokoh dan kuat karena mereka diciptakan berbeda,
Begitulah seharusnya kita memandang setiap anak didik kita. Wajah, perilaku, sikap dan semua yang ada pada diri mereka berbeda. Bisa jadi sikap kasar dan tidak hormat mereka pada kita disebabkan karena  mereka ingin diperhatikan oleh kita. Yakinlah!, bahwa dilubuk hati mereka yang terdalam ada fitrah kelembutan dan kebaikan. Belajarlah untuk menyentuh lubuk hati itu dengan lembut. "seperti sabda Rasulullah.SAW bahwa tidak ada yang menghiasi sesuatu selain menjadikannya indah, dan akan kuranglah sesuatu itu apabila ia tiada itulah kelembutan". Allah itu maha lembut, dan menyukai kelembutan, mungkin ini bisa menjadi inspirasi buat kita ketika berhadapan dengan anak didik kita yang mulai hilang arah.
Tak terasa 2 jam bersama merekapun berakhir, aku meminta Mirdan memimpin doa, Dalam hati aku selalu berdoa, semoga Allah berkenan memberikan hidayahNya bagiku serta anak didikku, agar kelak lahirlah anak didik yang berakhlak mulia..Amiin

Telah luput berjuta ilmu ketika amarah mulai membara
Telah tumbuh berjuta kesombongan ketika bangga  mulai menyapa
Telah sampai berjuta ilmu ketika kelembutan mulai menjamah
Telah terpatri berjuta ilmu ketika keikhlasan telah membingkainya


Tidak ada komentar:

Posting Komentar